PROSES PENCEKAMAN BENDA KERJA PADA MESIN BUBUT
A.
Pencekaman Benda Kerja
Setelah langkah pemilihan mesin tersebut di atas, dipilih
juga alat dan cara pencekaman/pemasangan benda kerja. Pencekaman/ pemegangan benda
kerja pada Mesin Bubut bisa digunakan beberapa cara. Cara yang pertama adalah
benda kerja tidak dicekam, tetapi menggunakan dua senter dan pembawa. Dalam hal
ini, benda kerja harus ada lubang senternya di kedua sisi benda kerja, (lihat
Gambar 1.).
Gambar
1. Benda kerja dipasang di antara dua senter.
Cara
kedua yaitu dengan menggunakan alat pencekam (Gambar 2.2.). Alat pencekam yang
bisa digunakan adalah :
a.
Collet, digunakan untuk mencekam benda kerja berbentuk silindris
dengan
ukuran sesuai diameter collet.
Pencekaman dengan cara ini tidak akan meninggalkan bekas pada permukaan benda
kerja.
b. Cekam rahang empat (untuk benda kerja tidak
silindris) . Alat pencekam ini masing-masing rahangnya bisa diatur
sendirisendiri, sehingga mudah dalam mencekam benda kerja yang tidak silindris.
c. Cekam rahang tiga (untuk benda silindris). Alat
pencekam ini tiga buah rahangnya bergerak bersama-sama menuju sumbu cekam apabila
salah satu rahangnya digerakkan.
d. Face plate, digunakan untuk menjepit benda
kerja pada suatu permukaan plat dengan baut pengikat yang dipasang pada alur T.
Pemilihan cara pencekaman tersebut di atas, sangat menentukan hasil proses
bubut. Pemilihan alat pencekam yang tepat akan menghasilkan produk yang sesuai
dengan kualitas geometris yang dituntut oleh gambar kerja. Misalnya apabila
memilih cekam rahang tiga untuk mencekam benda kerja silindris yang relatif
panjang, hendaknya digunakan juga senter jalan yang dipasang pada kepala lepas,
agar benda kerja tidak tertekan, (lihat Gambar 6.15). Penggunaan cekam rahang
tiga atau cekam rahang empat, apabila kurang hati-hati akan menyebabkan
permukaan benda kerja terluka. Hal tersebut terjadi misalnya pada waktu proses
bubut dengan kedalaman potong yang besar, karena gaya pencekaman tidak
mampu menahan beban yang tinggi, sehingga benda kerja tergelincir atau
selip. Hal ini perlu diperhatikan terutama pada proses finishing, proses
pemotongan ulir, dan proses pembuatan alur.
Gambar 2. Benda kerja
yang relatif panjang dipegang oleh cekam rahang tiga dan didukung oleh senter
putar.
B.
Penentuan Langkah Kerja
Langkah kerja dalam proses bubut meliputi persiapan bahan
benda kerja, setting mesin, pemasangan pahat, penentuan jenis pemotongan
(bubut lurus, permukaan, profil, alur, ulir), penentuan kondisi pemotongan,
perhitungan waktu pemotongan, dan pemeriksaan hasil berdasarkan gambar kerja.
Hal tersebut dikerjakan untuk setiap tahap (jenis pahat tertentu).
Bahan benda kerja yang dipilih biasanya sudah ditentukan
pada gambar kerja baik material maupun dimensi awal benda kerja. Penyiapan (setting)
mesin dilakukan dengan cara memeriksa semua eretan mesin, putaran spindel,
posisi kepala lepas, alat pencekam benda kerja, pemegangan pahat, dan posisi
kepala lepas. Usahakan posisi sumbu kerja kepala tetap (spindel) dengan kepala
lepas pada satu garis untuk pembubutan lurus, sehingga hasil pembubutan tidak
tirus. Pemasangan pahat dilakukan dengan cara menjepit pahat pada rumah pahat (tool
post). Usahakan bagian pahat yang menonjol tidak terlalu panjang, supaya
tidak terjadi getaran pada pahat ketika proses pemotongan dilakukan. Posisi
ujung pahat harus pada sumbu kerja Mesin Bubut, atau pada sumbu benda kerja
yang dikerjakan. Posisi ujung pahat yang terlalu rendah tidak direkomendasi,
karena menyebabkan benda kerja terangkat, dan proses pemotongan tidak efektif,
(lihat Gambar 3).



Tidak ada komentar:
Posting Komentar